Pasar Tradisional Muara Kuin
Kota Banjarmasin mempunyai kondisi alam yang dilewati banyak sungai. Tak heran kalau kota ini dikenal dengan sebutan negeri seribu sungai. Karena kondisi alam tersebut, masyarakat di kawasan tersebut memakai prasarana transportasi sungai. Mata pencaharian masyarakat tersebut dipengaruhi oleh warisan budaya suku bangsa Banjar, yaitu berdagang. Mereka memanfaatkan kondisi alam berupa sungai untuk berdagang. Mereka membuka lapak di atas bahtera di sepanjang sungai dan menjual barang dagangan berupa hasil bumi.
Pasar Apung merupakan pasar yang tumbuh secara alami alasannya ialah posisinya yang berada di pertemuan beberapa anak sungai. Pasar ini sudah ada semenjak 400 tahun yang lalu. Sampai kini Pasar Apung masih menjadi ikon objek wisata di Kota Banjarmasin. Mungkin hanya satu-satunya pasar tradisional
terapung yang ada di Indonesia.
Danu pertama kali berkunjung di Kota Banjarmasin. Danu ikut ayah dan ibunya berkunjung di Kota Banjarmasin alasannya ialah saudara ibu Danu mempunyai hajatan. Di Kota Banjarmasin Danu bertemu saudara-saudaranya. Saat berkumpul dengan saudara-saudaranya, Danu mengungkapkan keinginannya melihat Pasar Apung.
“Baiklah, Danu. Besok Paman antar kau berkeliling pasar apung dengan perahu,” kata Paman Rizki.
“Asyik…, saya mau keliling sungai naik perahu, Paman! Ayo, ayah dan ibu ikut serta ya?” kata Danu sambil tersenyum gembira.
Ayah dan ibu tertawa melihat lisan Danu.
“Ayolah, Kak. Sekalian ikut! Besok kan hari Minggu, kini setiap hari Minggu pagi dari pukul 07.00-10.00 WITA, ada acara jadwal Giat Pasar Terapung. Kegiatan itu diadakan di Siring Sungai Martapura di Jalan P. Tandean,” kata Paman Rizki.
Ayah dan ibu Danu hanya tersenyum mendengar bujuk rayu Paman Rizki. Kemudian, Paman Rizki menjelaskan kepada Danu bahwa masyarakat di Kota Banjarmasin melaksanakan acara ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa sungai.
Hari Minggu pagi, Danu dan keluarganya pergi untuk menikmati keindahan Pasar Apung yang melegenda. Danu sangat bahagia ketika menaiki bahtera kecil. Danu kagum dengan transaksi jual beli yang terjadi di atas perahu.
“Wah, mereka sangat keren,” ungkap Danu.
“Beginilah, Nak. Cara hidup masyarakat di sini. Mereka memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi dan tempat berdagang. Kegiatan ekonomi ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu,” kata Paman Rizki.
“Pantas saja pasar ini termasuk jenis pasar terunik.”
“Iya, Danu. Mungkin hanya di sini kau sanggup melihat pasar ibarat ini,” ujar Paman Rizki.
“Benar-benar mengasyikkan, Paman,” kata Danu.
“Wah, pisang-pisang yang dijajakan sangat menarik, Danu. Aku jadi ingin membeli pisang dan kelapa itu,” ungkap ibu Danu.
“Ayo, kita dekati penjual itu,” ajak Paman Rizki.
Ibu Danu menanyakan harga pisang dan kelapa kepada penjual. Kemudian, ibu menawar harga yang diberikan penjual. Kelebihan berbelanja di pasar ialah harga sanggup ditawar. Ibu Danu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya, ibu Danu dan penjual mencapai harga kesepakatan. Ibu Danu menunjukkan uang kepada pedagang dan ibu Danu mendapatkan pisang serta kelapa.
“Ayo, kita berkeliling lagi, Paman,” ajak Danu.
“Wah, Danu bahagia ya? Lihatlah Danu. Di Pasar Apung ini, para pedagang menjajakan dagangannya dengan bahtera kayu. Perahu kayu itu dikenal dengan jukung,” terperinci ayahnya.
“Iya, ayah.”
Kemudian, Danu dan keluarga mengelilingi Pasar Apung. Di Pasar Apung Danu melihat beberapa penjual masakan khas Banjarmasin, ibarat soto banjar dan nasi sop banjar. Ada juga beberapa pedagang yang menjual pakaian, kue, dan ikan. Setelah puas berkeliling, Danu dan keluarga kembali ke dermaga penyewaan perahu. Saat pulang, Danu memperhatikan pemandangan sekelilingnya. Di sepanjang sungai Danu menyaksikan pemandangan rumahrumah masyarakat Sungai Barito. Semua rumah masyarakat terbuat dari kayu.
“Ayah, apakah mereka tidak takut tinggal di pedoman sungai?” Tanya Danu kepada ayahnya.
“Sudah semenjak dari lahir mereka tinggal di sini Danu. Mereka sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alam,” kata ayah.
“Apakah rumah-rumah kayu itu tahan dari air sungai, Yah?”
Tiba-tiba Paman Rizki menjawab pertanyaan Danu, “Rumah-rumah di sini tidak gampang rusak walaupun materi bangunannya terbuat dari kayu, Danu. Kayu yang dipakai untuk membangun rumah masyarakat di sini ialah kayu ulin. Kayu ulin populer berpengaruh dan semakin berpengaruh apabila terkena air,” terperinci Paman Rizki.
“Berarti kayu ulin banyak terdapat di sini ya, Paman?”
“Iya, Danu. Masyarakat di sini memanfaatkan hasil hutan berupa kayu ulin untuk membangun rumah,” jawab Paman Rizki.
Ayah dan ibu Danu mengajak Danu dan Paman Rizki makan soto banjar. Kemudian, mereka menuju warung yang menjual soto khas banjar. Mereka memesan soto banjar dan beberapa minuman.
“Ayah minum air mineral dan Paman memesan es teh?” Tanya Danu.
“Iya,” tanggapan Ayah. Paman Rizki mengangguk sambil tersenyum.
“Kenapa Danu?” Tanya Paman.
“Itu berarti ayah mengonsumsi zat tunggal alasannya ialah meminum air putih. Sedangkan Paman Rizki mengonsumsi zat adonan alasannya ialah meminum es teh. Es teh terdiri atas air, teh, dan gula,” terperinci Danu.
Hampir bersamaan ibu, ayah, dan Paman Rizki tertawa mendengar klarifikasi Danu.
“Sudahlah Danu, mari kita makan dahulu. Jangan lupa berdoa terlebih dahulu, ya?” pesan ibu.
“Silakan menikmati,” ujar Paman Rizki.
“Iya, Bu. Ini pengalaman pertama Danu makan di atas perahu.”
Mereka menikmati soto banjar. Setelah makan, mereka berfoto bersama dengan latar pasar apung. Setelah puas, mereka kembali ke dermaga. Beberapa menit kemudian, Danu dan keluarga sudah hingga di dermaga. Paman membayar sewa jukung. Kemudian, mereka naik ke daratan.
Menurut klarifikasi Paman Rizki, seiring dengan perkembangan zaman, Pasar Apung ini menjadi tempat tujuan wisata andalan di Kota Banjarmasin. Objek wisata Pasar Apung ini cukup diminati wisatawan alasannya ialah letaknya gampang dijangkau. Lokasinya yang berada di bersahabat Kota Banjarmasin mengakibatkan banyak orang menyempatkan diri menikmati keunikan Pasar Apung tersebut.“Asyik…, saya mau keliling sungai naik perahu, Paman! Ayo, ayah dan ibu ikut serta ya?” kata Danu sambil tersenyum gembira.
Ayah dan ibu tertawa melihat lisan Danu.
“Ayolah, Kak. Sekalian ikut! Besok kan hari Minggu, kini setiap hari Minggu pagi dari pukul 07.00-10.00 WITA, ada acara jadwal Giat Pasar Terapung. Kegiatan itu diadakan di Siring Sungai Martapura di Jalan P. Tandean,” kata Paman Rizki.
Ayah dan ibu Danu hanya tersenyum mendengar bujuk rayu Paman Rizki. Kemudian, Paman Rizki menjelaskan kepada Danu bahwa masyarakat di Kota Banjarmasin melaksanakan acara ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa sungai.
Hari Minggu pagi, Danu dan keluarganya pergi untuk menikmati keindahan Pasar Apung yang melegenda. Danu sangat bahagia ketika menaiki bahtera kecil. Danu kagum dengan transaksi jual beli yang terjadi di atas perahu.
“Wah, mereka sangat keren,” ungkap Danu.
“Beginilah, Nak. Cara hidup masyarakat di sini. Mereka memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi dan tempat berdagang. Kegiatan ekonomi ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu,” kata Paman Rizki.
“Pantas saja pasar ini termasuk jenis pasar terunik.”
“Iya, Danu. Mungkin hanya di sini kau sanggup melihat pasar ibarat ini,” ujar Paman Rizki.
“Benar-benar mengasyikkan, Paman,” kata Danu.
“Wah, pisang-pisang yang dijajakan sangat menarik, Danu. Aku jadi ingin membeli pisang dan kelapa itu,” ungkap ibu Danu.
“Ayo, kita dekati penjual itu,” ajak Paman Rizki.
Ibu Danu menanyakan harga pisang dan kelapa kepada penjual. Kemudian, ibu menawar harga yang diberikan penjual. Kelebihan berbelanja di pasar ialah harga sanggup ditawar. Ibu Danu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya, ibu Danu dan penjual mencapai harga kesepakatan. Ibu Danu menunjukkan uang kepada pedagang dan ibu Danu mendapatkan pisang serta kelapa.
“Ayo, kita berkeliling lagi, Paman,” ajak Danu.
“Wah, Danu bahagia ya? Lihatlah Danu. Di Pasar Apung ini, para pedagang menjajakan dagangannya dengan bahtera kayu. Perahu kayu itu dikenal dengan jukung,” terperinci ayahnya.
“Iya, ayah.”
Kemudian, Danu dan keluarga mengelilingi Pasar Apung. Di Pasar Apung Danu melihat beberapa penjual masakan khas Banjarmasin, ibarat soto banjar dan nasi sop banjar. Ada juga beberapa pedagang yang menjual pakaian, kue, dan ikan. Setelah puas berkeliling, Danu dan keluarga kembali ke dermaga penyewaan perahu. Saat pulang, Danu memperhatikan pemandangan sekelilingnya. Di sepanjang sungai Danu menyaksikan pemandangan rumahrumah masyarakat Sungai Barito. Semua rumah masyarakat terbuat dari kayu.
“Ayah, apakah mereka tidak takut tinggal di pedoman sungai?” Tanya Danu kepada ayahnya.
“Sudah semenjak dari lahir mereka tinggal di sini Danu. Mereka sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alam,” kata ayah.
“Apakah rumah-rumah kayu itu tahan dari air sungai, Yah?”
Tiba-tiba Paman Rizki menjawab pertanyaan Danu, “Rumah-rumah di sini tidak gampang rusak walaupun materi bangunannya terbuat dari kayu, Danu. Kayu yang dipakai untuk membangun rumah masyarakat di sini ialah kayu ulin. Kayu ulin populer berpengaruh dan semakin berpengaruh apabila terkena air,” terperinci Paman Rizki.
“Berarti kayu ulin banyak terdapat di sini ya, Paman?”
“Iya, Danu. Masyarakat di sini memanfaatkan hasil hutan berupa kayu ulin untuk membangun rumah,” jawab Paman Rizki.
Ayah dan ibu Danu mengajak Danu dan Paman Rizki makan soto banjar. Kemudian, mereka menuju warung yang menjual soto khas banjar. Mereka memesan soto banjar dan beberapa minuman.
“Ayah minum air mineral dan Paman memesan es teh?” Tanya Danu.
“Iya,” tanggapan Ayah. Paman Rizki mengangguk sambil tersenyum.
“Kenapa Danu?” Tanya Paman.
“Itu berarti ayah mengonsumsi zat tunggal alasannya ialah meminum air putih. Sedangkan Paman Rizki mengonsumsi zat adonan alasannya ialah meminum es teh. Es teh terdiri atas air, teh, dan gula,” terperinci Danu.
Hampir bersamaan ibu, ayah, dan Paman Rizki tertawa mendengar klarifikasi Danu.
“Sudahlah Danu, mari kita makan dahulu. Jangan lupa berdoa terlebih dahulu, ya?” pesan ibu.
“Silakan menikmati,” ujar Paman Rizki.
“Iya, Bu. Ini pengalaman pertama Danu makan di atas perahu.”
Mereka menikmati soto banjar. Setelah makan, mereka berfoto bersama dengan latar pasar apung. Setelah puas, mereka kembali ke dermaga. Beberapa menit kemudian, Danu dan keluarga sudah hingga di dermaga. Paman membayar sewa jukung. Kemudian, mereka naik ke daratan.
Danu mendengarkan klarifikasi Paman Rizki. Danu menjadi paham bahwa kondisi alam di kawasan ini memengaruhi acara ekonomi penduduk. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka memanfaatkan sumber daya alam, berupa sungai untuk sarana transportasi dan tempat berdagang.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Di mana letak Pasar Apung?
Di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
2. Sumber daya alam apa yang dimanfaatkan masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Barito?
Sumber daya sungai
3. Apakah yang dimaksud dengan zat tunggal dan zat campuran?
Zat Tunggal
Zat tunggal merupakan zat yang terdiri atas materi sejenis. Contoh benda termasuk dalam zat tunggal ialah air, garam, gula, dan emas 24 karat.
Campuran
Campuran ialah zat yang terdiri atas beberapa jenis materi atau zat tunggal. Campuran sanggup dibedakan menjadi adonan sejenis dan adonan heterogen.
4. Mengapa es teh disebut sebagai zat campuran?
Karena es teh terdiri dari 3 materi, yaitu teh, air, dan gula
Masyarakat Banjar memanfaatkan sumber daya alam, berupa sungai untuk sarana transportasi dan tempat berdagang.